Biografi Sudirman Said, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Foto Sudirman Said, Menteri ESDM |
Ridwanmenulis.com - Biografi Sudirman Said, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral - Sudirman Said (lahir di Brebes, 16 April 1963), adalah Menteri Energi
dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia terpilih untuk Kabinet Kerja
Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Ia dikenal sebagai tokoh
anti korupsi, pekerja rehabilitasi kawasan bencana, serta eksekutif di
industri minyak dan gas serta direktur utama perusahaan senjata
nasional.
Pendidikan
Sarjana Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (1990)
Sudirman Said menyelesaikan studinya di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
(STAN) pada 1990. Ia kini juga aktif dalam ikatan alumni sekolah tinggi
ini. Ia dipilih sebagai Ketua Umum Ikanas Keuangan-STAN untuk periode
2013-2016.
Master Bidang Administrasi Bisnis dari George Washington University, Washington, DC, Amerika Serikat (1994)
Karier
Aktivis Anti Korupsi (Pendiri dan Ketua Badan Pelaksana Masyarakat Transparansi Indonesia)
Kiprah Sudirman di bidang pemberantasan korupsi ia wujudkan dengan
mendirikan Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI). Bersama beberapa
aktivis anti korupsi lainnya seperti Erry Riana (Mantan Pimpinan KPK),
Kuntoro Mangkusubroto (Kepala UKP4). Sri Mulyani (Mantan Menteri
Keuangan), dan beberapa tokoh lainnya.
Sudirman bersama MTI mendukung percepatan pemberantasan korupsi di
Indonesia dengan mendorong penyelesaian beberapa kasus rasuah. Beberapa
kasus yang pernah didorong untuk diselesaikan oleh Sudirman MTI antara
lain:
Mendirikan Indonesia Institute for Corporate Governance (IICG)
Salah satu usaha yang dilakukan Sudirman untuk mendukung gerakan anti
korupsi adalah dengan menciptakan dunia usaha yang sehat. Bersama
beberapa pegiat anti rasuah, Sudirman membentuk IICG. Didirikan pada 2
Juni 2000 IICG lahir untuk memasyarakatkan konsep, praktik, dan manfaat
Good Corporate Governance (GCG) kepada dunia usaha. IICG merupakan salah
satu peran masyarakat sipil untuk mendorong terciptanya dunia usaha
Indonesia yang terpercaya, etis, dan bermartabat. Organisasi independen
ini juga mendorong dan membantu perusahaan-perusahaan dalam menerapkan
konsep Tata Kelola (Corporate Governance). Sudirman mendirikan IICG
bersama Erry Riyana, Kuntoro Mangkusubroto, Mar’ie Muhammad, dan
beberapa tokoh lainnya.[3]
Transparansi Anggota Kabinet
Pada tahun 2001 saat menjabat menjadi Ketua MTI Sudirman mendorong agar
menteri yang terpilih dapat melepaskan jabatannya di parpol dan
keterlibatannya dalam dunia usaha. Menurut Sudirman jabatan di partai
politik dan keterlibatan dalam bisnis sangat mempengaruhi kredibilitas
menteri bersangkutan. Pernyataan ini diungkapkan Sudirman dalam perayaan
ulang tahun ke 3 MTI yang berdekatan dengan pembentuka Kabinet Gotong
Royong.
Korupsi Penyelewengan Dana Pemilu oleh Anggota KPU
Sudirman bersama Todung Mulya Lubis (aktivis anti korupsi) dan Imam B
Prasodjo (sosiolog) mendorong Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk
menyampaikan hasil audit terkait dugaan korupsi oleh KPU pada Pemilu
2004. Sudirman yang merupakan Ketua Badan Pelaksana MTI, bersama Todung
dan Imam mendorong agar Ketua BPK dapat menemui Ketua KPK untuk
mempercepat penyelesaian kasus korupsi terkait penyelewengan dana
Pemilu.
Penyelesaian Kasus Bibit Chandra (Cicak versus Buaya)
Sudirman bersama Rhenald Kasali dan Bambang Harimurti selaku pendiri MTI
mendorong agar dua pimpinan KPK Bibit Samad Rianto dan Chandra M.
Hamzah tidak dikriminalisasi. Sudirman menilai kasus kriminalisasi Bibit
dan Chandra adalah kemunduran dalam upaya pemberantasan korupsi.
Penanggung Jawab Sementara Rektor Universitasi Paramadina
Kecemerlangan Sudirman di dunia pergerakan anti korupsi juga diapresiasi
oleh dunia akademis. Saat Alm. Nurcholish Madjid (Cak Nur) yang saat
itu menjabat Rektor Universitas Paramadina sedang sakit-sakitan,
Sudirman ditunjuk untuk menjadi Penanggung Jawab Sementara (Pjs) Rektor
Universitas Paramadina.
Sudirman kemudian mendapat amanah menjadi Deputi Kepala Badan Pelaksana
Rekontruksi dan Rehabilitasi (BRR) Aceh yang membuatnya harus
meninggalkan Kampus Paramadina. Ia kemudian digantikan sesame pejabat
rektor sementara yakni M. Sohibul Iman.
Deputi Kepala Badan Pelaksana Rekontruksi dan Rehabilitasi (BRR) Aceh-Nias
Bencana gempa bumi dan tsunami yang mendera Aceh pada Desember 2004
membuat pemerintah harus segera merehabilitasi daerah paling barat
Indonesia tersebut. Upaya merehabilitasi ini diwujudkan dengan Keputusan
Presiden Nomor 63/M tahun 2005. Dalam keputusan tersebut Sudirman Said
ditunjuk sebagai Deputi Bidang Komunikasi, Informasi, dan Hubungan
Kelembagaan. Ia bekerja di bawah Kepala Badan Pelaksana yakni Kuntoro
Mangkusubroto.
Badan Pelaksana ini mengemban beberapa tugas utama yakni mengelola dana
yang mengalir dari kas negara dan berbagai lembaga serta negara donor,
kemudian menyalurkannya dalam bentuk pembangunan sarana-sarana publik.
Terhitung ada 120 lembaga swadaya masyarakat (LSM) internasional, 430
LSM lokal, belasan lembaga donor bilateral dan multilateral yang
bekerjasama. Hasil kerja nyata BRR sampai pertengahan 2007 yakni
membangun 30 ribu unit rumah.
Sudirman juga mendorong transparansi BRR kepada publik. Untuk mencegah
korupsi, Sudirman bersama BRR menerapkan kebijakan single income yakni
transparansi pengelolaan anggaran, publikasi laporan keuangan dan
akuntabilitas dan pengauditan secara rutin oleh pemerintah dan Satuan
Pengawas Internal BRR. BRR juga membentu Satuan Anti Korupsi (SAK) yang
bertugas mendidik semua pemangku kepentingan di Aceh dan Nias pasca
Tsunami. Sudirman menjelaskan bahwa BRR telah membatalkan tender proyek
bermasalah senilai 157 milliar.
Staf Ahli Direktur Utama PT Pertamina (Persero)
Sudirman Said aktif dalam transformasi PT Pertamina (Persero) dengan
tugas melakukan pembenahan fungsi sekretaris perusahaan (2008) dan
Suplly Chain Management (2008-2009).[11]
Sudirman menjadi Direktur Umum dan Sumber Daya Manusia menggantikan
Sony
Soemarsono pada Maret 2013 di bawah pimpinan Direktur Utama Pertamina
Ari Soemarno. [12] Ia kemudian menjadi Deputi Direktur Integrated
Supplay Chain (ISC) untuk mengatasi mafia impor BBM.[13] Pada 20 Maret
2009 Sudirman tidak lagi menjabat menjadi Deputi Direktur ISC.[14] Pasca
jabatan tersebut, Sudirman kemudian dipercaya sebagai koordinator
Restrukturisasi Aset dan Anak Usaha Pertamina.[15]
Direktur Human Capital PT Petrosea Tbk
Group Chief of Human Capital and Corporate Services PT Indika Energy Tbk
Wakil Direktur Utama PT Petrosea
Pada Mei 2013 Sudirman Said dipercaya sebagai Wakil Presiden Direktur PT
Petrosea mendampingi Eddy Junaedy yang diangkat menjadi Presiden
Direktur.
PT Petrosea sendiri adalah salah satu perusahaan pertambangan di bawah
kelompok Indika Energy Group. Sudirman kemudian melepaskan jabatan ini
setelah ditunjuk oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan untuk menjadi direktur
utama PT Pindad.
Executive Director APEC CEO Summit 2013
Keberhasilan Sudirman Said dalam sektor privat dan publik membuatnya
dipercaya menjadi Executive Director APEC CEO Summit 2013. Dalam acara
tingkat internasional yang berlangsung pada 1-8 Oktober 2013 di Bali ini
hadir 21 kepala negara anggota APEC serta 1200 CEO seluruh dunia dengan
200 di antaranya berasal dari Indonesia.
Sebagai Executive Director, Sudirman mendorong APEC CEO Summit untuk
menjembatani kepentingan bisnis pemerintah dan swasta. Pertemuan para
CEO ini menghasilkan rekomendasi bagi 21 pemimpin ekonomi APEC seperti
dalam hal memobilisasi dana dari sektor swasta ke sektor publik. Agenda
pertemuan CEO ini juga untuk menggenjot usaha kecil menengah (UKM)
sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi di Asia Pasifik.
Direktur Utama PT Pindad
Setelah malang melintang di gerakan anti korupsi dan bisnis, Sudirman
Said dipercaya menjadi Direktur Utama PT Pindad (Persero) sebuah
perusahaan negara bidang persenjataan. Sudirman menggantikan posisi Tri
Hardjojo yang menjabat sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama PT
Pindad. Sudirman mulai menjabat menjadi direktur utama perusahaan negara
ini pada 4 Juni 2014 melalui Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor: SK –
118/MBU/2014.
Di awal masa jabatannya, Sudirman langsung melakukan beragam inovasi
untuk perusahaan yang memiliki sekitar 3000-an karyawan ini. Inovasi
yang ia lakukan yakni menjalin kerjasama dengan dengan pebisnis senjata
internasional. Hal ini ia lakukan sebagai upaya untuk mempercepat alih
teknologi sekaligus mengadopsi disiplin kerja dan budaya perusahaan
asing.
Kerjasama dengan pebisnis senjata internasional ia lakukan dengan
meneken memorandum kesepahaman dengan Rheinmetall Denel Munition (RDM)
di Pretoria, Afrika Selatan pada pertengahan September 2014. Ia juga
sedang menyiapkan pabrik turret (persenjataan di atas tank) di Bandung
bekerjasama dengan Belgia.
Selain membuka kerjasama dengan pihak asing untuk alih teknologi dan
budaya perusahaan, Sudirman juga berusaha memberantas calo persenjataan
yang merugikan negara. Hal itu ia wujudkan dengan membuat PIndad mampu
menyediakan data pembanding Menurutnya para calo senjata mendapat
keuntungan karena informasi yang asimetris. Sudirman mendorong agar
Pindad juga dapat memiliki informasi spesifik mengenai sebuah senjata
agar calo tidak bisa menaruh harga sembarangan untuk sebuah senjata.[20]
Menteri ESDM
Karier cemerlang Sudirman Said di bidang energi dan migas serta gerakan
anti korupsi membawanya dipilih menjadi Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM) kabinet Jokowi-JK periode 2014-2019. Ia menggantikan
Chairul Tanjung sebagai pelaksana tugas Menteri ESDM. Chairul
menggantikan Jero Wacik yang mengundurkan diri sebagai Menteri ESDM
karena tersangkut kasus dugaan korupsi oleh Komisi Pemberantasan
Korupsi.
Sudirman mengatakan akan mengembalikan kepercayaan publik pada
kementerian ESDM dengan mengelola kementerian secara profesional dan
transparan. Ia dipilih langsung oleh Jokowi yang mengatakan Menteri ESDM
harus ada pemimpin dengan leadership yang kuat dan memiliki manajemen
pengawasan. Sudirman dinilai memiliki rekam jejak yang memenuhi
persyaratan tersebut.
Tidak ada komentar: